Puisi Jamal D. Rahman
1
biar diam pecah di bismilah batu-batu
takkan patah alif-alif tiang perahu
tempat berkibar biru senja gugusan cintaku
mengarungi namamu di keluasan tubuhku
2
dari tubuhku berlahiran kunang-kunang bianglala
di lengkung bianglala matahari pun terbakar
di gemercik sungaiku batu-batu memadatkan suara
di lengkung suara diammu pun pasti kudengar
3
kudengar juga puisimu di derit-derit pintu
ketika angin memainkan sunyi rumahmu
kucari-cari engkau di linang airmataku
ketika angin mengabarkan isak rindumu
4
yang berlinang di airmatamu adalah rinduku
di airmataku rindumu berlinangan juga
yang berenang di air tubuhmu adalah cintaku
di air tubuhku cintamu mengekalkan bianglala
5
berapa lama aku harus memeras sunyi
seribu bulan ataukah sepanjang diam atas debu
di balik malamkah wajahmu sembunyi
ataukah di kedalaman cintaku
6
ah, di kedalaman cintaku wajahmu sembunyi
membakar gelisah di tungku matahari
di geriap darahku nafasmu begitu sunyi
memutihkan rangka tulang-tulangku lagi
7
engkau geriap darah di kemarau tubuhku
gugur angin kering dan basah kulitku kembali
daunan pun tumbuh dari ajal-ajal kuku
sebab tanganmu hijau pupus bergaris januari
8
sebab tanganmu hijau pupus bergaris januari
di jemariku takkan tumbuh kuku yang lain
sebab tanganku garis putih berembun februari
lekuk jemarimu takkan bisa di buku yang lain
9
di buku-buku tubuhku ilalang mengering
pecah kemarau dan tanah tinggal ruas sepi
hanya tanganmu, hanya tanganmu tak pernah kering
menyalami ilalang sebelum mengabu di sepi api
10
karena cemas dicabik-cabik layar waktu
kujahit cintaku di angin semilir
lalu aku pun kembali pada batu
menikmati diammu di ricik-ricik air.
begitu menarik,,,, penuh inspiatif bagus,,, lah,,,,,
SukaSuka
Komentar oleh setiawan — 19 Mei 2012 @ 05:00 |