Jamal D. Rahman

Dekaplah Waktu, Dekaplah Aku 2

Puisi Jamal D. Rahman

bacalah aku. bacalah aku dengan ayat-ayat yang terus mengeja gerimis dalam hujan. tak tamat-tamat mengaji panggilan air di hujan-hujan azanku. di ruas jemariku ayat-ayatmu tumbuh jadi bunga. basah ungu. basah ungu. maka biarlah ia melayari gerimis tulang-tulangku, menggali-gali hujan nadiku, hingga sumsum menyabda pada sajak-sajakku.

aku baca ungu suaraku di tulang-tulangku sendiri, tempat darahku akan mengering. dagingku akan mengering. tapi yang terbaca dari suaraku hanya ungu matamu, tak henti-henti mengedipkan bunga pada bugenvil yang membuat tanganku pun jadi ungu, seungu suaraku, seungu matamu.

di persimpangan tanganmu, puisiku akan membeku. akan membeku. seperti daun pintu memadatkan sunyi dalam deru hujan. dan di antara deru hujan pada tulang-tulangku, masih tercium juga bau garam yang mengeras dari lautan airmataku. maka dengarlah bisik doaku pada daun jendelamu, yang selalu kuketuk dengan tulang-tulang tangisku.

6 Komentar »

  1. mas jamal…
    mungkin warna ungu memang menyimpan aroma, aura, pesona magis, ya?
    sampai ada grup musik Deep Purple. juga lagunya Jimi hendrix Purple Haze.
    juga warna ungu batu kecubung yang konon punya khasiat tertentu.

    ya…
    mungkin setiap kata2 akan menjadi ungu, menjadi magis, semagis senja, semagis puisi yang tekun merayapi lembah dada.

    salam.
    Buset.

    Suka

    Komentar oleh budhisetyawan — 28 April 2009 @ 05:00 | Balas

    • Terima kasih. Salam. Kok nama disingkat jadi buset. Buseh deh hehe ….

      Suka

      Komentar oleh jamaldrahman — 27 Mei 2009 @ 05:00 | Balas

  2. mengapa harus warna ungu
    yang kau pilih tiap baris katamu

    tak adakah yang lebih merayu
    selain ungu

    bukankah ungu
    hanya keraguan hatimu

    kenapa tak kau pilih putih saja
    dalam melukiskan rasa
    yang telah kau musiumkan dalam jiwa

    NB
    ini hanya penilaian seorang yang baru
    berkenalan denganmu
    lewat warna ungumu

    Suka

    Komentar oleh moh. ghufron cholid — 27 Mei 2009 @ 05:00 | Balas

    • Ya. Terima kasih. Saya senang dengan pertanyaan anda. Pertanyaan tersebut tak harus dijawab, bukan?

      Suka

      Komentar oleh jamaldrahman — 27 Mei 2009 @ 05:00 | Balas

  3. apa pengaruh pertama terhadap warta kepenulisan mas jamal, sehingga tampak mendalam seperti ini?

    Suka

    Komentar oleh a'yat khalili — 15 November 2009 @ 05:00 | Balas

  4. Antara Eksistensi Tuhan dan sebuah kecemasan untuk menyelami arti sebuah keyakinan,
    mungkin hal tersebut yang coba saya dapatkan ketika membaca dan meresapi sajak ini?

    Suka

    Komentar oleh ArT — 8 Januari 2012 @ 05:00 | Balas


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Jamal D. Rahman

demi masa, demi kata

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.

kafe sastra Jamal D. Rahman

membicarakan puisi dan cerpen anda