Jamal D. Rahman

Dekaplah Waktu, Dekaplah Aku 1

Puisi Jamal D. Rahman

dekaplah waktu, dekaplah sajak di sela tangisku yang runtuh langit, tak habis memburu gemuruhmu. aku memanjati detik-detik leherku sendiri, menggapai kekosongan gelisahku yang memar di kelu batu lidahku. sudah kuperas darahku sendiri, mencari sari bunga rumahmu. tapi darahku pecah, memerah sendiri tanpa urat tanganku. dekaplah waktu, dekaplah aku agar kukumu tak lepas dari jemariku.

aku paku tulang-tulangku di pintumu, untuk mendengar ketukan-ketukanku sendiri. tapi setiap kali kupaku tulang-tulangku, yang menetes di pintumu hanyalah darah puisiku …. maka, dekaplah waktu, dekaplah aku, sebab di pintumu aku takkan berhenti mengaji alif-alif ketukan itu ….

3 Komentar »

  1. mas Jamal, eh kenapa dalam banyak puisinya penyair sebagai tokoh utama dalam puisinya sendiri(aku lirik)? tidak ingin mencoba sesuatu yang lain dan baru? melangkah kearah yang lebih “haiku” tapi dengan bunyi dan metafor yang lebih menderu..?

    Suka

    Komentar oleh Akhyar Fuadi — 24 Februari 2009 @ 05:00 | Balas

  2. […]   Dekaplah Waktu, Dekaplah Aku 1 […]

    Suka

    Ping balik oleh MENYELAMI SIMBOL RELIGIUSITAS MELALUI PENGKAJIAN SEMIOTIK | elnuraisme — 26 April 2012 @ 05:00 | Balas

  3. Membaca puisi-puisi Jamal D. Rahman, isinya sedih melulu. Kapan senangnya, Mas? Apa nggak pernah kesasar ke puisi yang menggembirakan? Jangan sampai terlambat buat menulis puisi-puisi yang bisa membuat pembacanya jadi lebih gembira. Jangan lupa Mas, di dunia ini nggak hanya ada tangis, namun juga ada tawa…

    Suka

    Komentar oleh A. Asnif — 24 September 2012 @ 05:00 | Balas


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Jamal D. Rahman

demi masa, demi kata

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.

kafe sastra Jamal D. Rahman

membicarakan puisi dan cerpen anda